Nvidia, pembuat chip kecerdasan buatan terbesar di dunia, bakal terdampak sanksi teknologi AS yang menargetkan Cina.
Nvidia mencatat dalam pengajuan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) bahwa pemerintah AS telah memberlakukan pembatasan ekspor baru pada dua chip AI paling canggihnya ke Cina, pasar terbesar kedua setelah Taiwan, yang menghasilkan 26 persen dari pendapatannya pada tahun 2021.
Larangan itu dapat merugikan Nvidia sebesar US$ 400 juta (Rp 5,9 triliun) dalam potensi penjualan ke Cina pada kuartal ketiga, kata perusahaan itu, sebagaimana dikutip Techcrunch, Jumat, 2 September 2022.
Pengendalian ekspor itu juga melarang Nvidia mengirim chip ke Rusia, meskipun perusahaan mengatakan saat ini tidak menjual ke negara tersebut.
Pemerintah AS mengatakan langkah itu akan mengatasi risiko bahwa produk yang tercakup dapat digunakan, atau dialihkan ke ‘penggunaan akhir militer’ atau ‘pengguna akhir militer’ di Cina dan Rusia.
Namun larangan tersebut dalam praktiknya menghambat beragam bisnis dan organisasi yang menggunakan silikon di luar penggunaan militer.
Dua chip yang dimaksud adalah unit pemrosesan grafis Nvidia A100 dan H100.
A100 dirancang untuk menyediakan komputasi, penyimpanan, dan kemampuan jaringan berkinerja tinggi untuk industri yang mencakup perawatan kesehatan, keuangan, dan manufaktur, jelas raksasa e-commerce dan komputasi awan Cina Alibaba, pengguna A100.
H100 adalah chip AI perusahaan yang diharapkan akan dikirimkan pada akhir tahun ini dan sebagian produksinya dilakukan di Cina.
Keterlibatan Nvidia dengan Cina tidak akan sepenuhnya terputus.
Pemerintah AS telah memberikan izin kepada Nvidia untuk tetap memproduksi H100 di Cina, kata Nvidia dalam pengajuan lain, meskipun akses oleh pelanggan Cina masih akan dibatasi.
Larangan itu adalah “hegemoni sci-tech”, kecam juru bicara kementerian luar negeri Cina Wang Wenbin dalam konferensi pers reguler pada hari Kamis.
“AS berusaha menggunakan kecakapan teknologinya sebagai keuntungan untuk melumpuhkan dan menekan perkembangan pasar negara berkembang.” Langkah AS untuk melarang akses Cina ke teknologi canggihnya pada gilirannya mempercepat upaya kemerdekaan Cina.
Huawei telah menggandakan pengembangan chip smartphone sejak Washington memasukkannya ke dalam daftar hitam ekspor karena masalah keamanan nasional pada 2019.
Sejumlah startup semikonduktor domestik menjaring investasi besar dan kuat dari VC dan dana yang dipandu pemerintah.
Sementara Cina mungkin masih tertinggal satu generasi dalam memproduksi chip paling canggih, negara ini secara bertahap mempertajam keunggulannya dalam semikonduktor khusus kelas bawah, seperti unit pemrosesan saraf yang memberi dorongan pada kamera ponsel.
Masih harus dilihat efek apa yang akan dibuat oleh larangan terhadap Nvidia.
TECHCRUNCH